Wisata Religi Kota Solo | Wusata Ramadhan Masjid Al wusthi Solo

Kali ini kami coba menyaksikan lebih dekat mesjid yang dimiliki kraton Mangkunegaran Surakarta ini. Ohya, pada mulanya saya kasih mengerti dulu jikalau di Solo mempunyai 2 kraton, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran.

Masjid ini diberi nama Masjid Al Wustho. Salah satu masjid tua yang berada di sedang kota Surakarta yang mungil namun menggeliat ini, dan sering menjadi tidak benar satu destinasi wisata peristiwa religi di Kota Solo.

Arsitek masjid ini adalah seorang Belanda bernama Herman Thomas Karsten. Lokasinya berada di sebelah Barat Pura Mangkunegaran atau tepatnya di Jl. Kartini dimana secara administratif masuk di dalam wilayah Kelurahan Ketelan, Banjarsari, Surakarta.

Image result for masjid mangkunegaranSangat nyaman untuk datang ke masjid ini terhadap hari ke 28 Ramadhan kurang lebih pukul 08.30an. Masjid masih sepi, cuma muncul sebagian masyarakat yang numpang ngadem, dan petugas masjid yang sedang menyiapkan untuk Shalat Jumat.

Pertama yang kami kunjungi adalah bagian depan berasal dari Jl. Kartini, bersama dengan gerbang pintu masuk yang keluar kokoh. Tidak tersedia parkir spesifik pengunjung. Jadinya kami bebas pilih parkir di anggota dalam, dengan catatan memasang kendaraan kita bersama rapi. Gerbang ini muncul serupa dengan Mesjid Kasunanan, bersama wujud yang menyerupai type India dan Timur Tengah.

Masuk ke bagian halaman masjid kita disuguhkan oleh pemandangan bangunan masjid yang unik. Menurut informasi terkecuali bangunan ini bagian atapnya terinspirasi berasal dari Masjid Agung Demak. Demikian pula menara yang menjulang, berdiri kokoh dan berasal dari segi wujud menambahkan ciri khas masjid yang kental.

Beberapa bangunan terlihat untuk banyak ragam kepentingan tidak cuman bangunan utama Mesjid dan Menara. Sebagaimana bentuk sebuah masjid, bangunan utama mempunyai daerah shalat, daerah khotbah dan daerah imam memimpin jama’ah jalankan shalat. Tempat jamaah terbentang luas bersama dengan nuansa hijau yang unik.

Tiang penyangga kelihatannya terbuat berasal dari Kayu Jati sebagaimana kerap kita dengar kecuali bangunan tempo dulu sering gunakan kayu jati (tektona grandis) berkualitas tinggi supaya mampu bertahan sampai ratusan apalagi ribuan tahun.

Lampu kristal tidak sebanyak di Masjid Kasunanan Solo, dikarenakan sebetulnya masjid ini terkecuali di melihat dari besarnya, jauh lebih kecil. Pada anggota plafon terlihat berundak-undak yang unik sekali. Nah terhadap bagian ini katanya serupa dengan bangunan Masjid Demak, yang berpengaruh pada anggota cungkup di atasnya.



Mimbar masjid untuk Khutbah Jum’at dibuat unik dengan dominasi ukiran terhadap kayu jati dengan warna coklat yang khas. Ukiran juga muncul terhadap bagian area tempat imam memimpin shalat.

Secara keseluruhan, warna hijau yang khas yang diterakan pada warna basic putih terasa kontras dan memberi tambahan ciri tersendiri yang membedakan dengan Masjid Kasunanan bersama nuansa biru mengikuti warna khas Kraton Kasunanan. Selain di anggota dalam, terdapat juga serambi. Merupakan anggota depan masjid yang termasuk sering digunakan untuk laksanakan shalat.

Di Serambi ini termasuk ada beduk dan kentongan yang kerap digunakan sebagai alat untuk memberi tambahan Info waktu shalat atau Info lainnya sesuai bersama dengan irama beduk yang dipukul atau dibunyikan.

Komentar